0

Sisi Lain dari Sudut Pandang

Masalah dan solusi itu relatif dari sudut pandang mana kita melihatnya.
Contohnya rasa lapar.
Ketika kita lapar kita akan memandang bahwa rasa lapar adalah masalah. Namun tanpa rasa lapar kita tidak akan menemukan kenikmatan dalam makan. Bayangkan kalau kita tidak punya rasa lapar, maka tidak ada alarm yang akan mengingatkan tubuh kita ketika kita kekurangan energi. Bisa jadi kita tiba-tiba pingsan. Dari sudut pandang lain, rasa lapar dapat menjadi jalan terijabahnya doa. Seperti doa ketika puasa (shaum). Dengan demikian rasa lapar bisa juga dipandang sebagai solusi.
Ketika kita punya masalah salah satu yang kita lakukan adalah berdoa untuk mencari solusi.
Ketika berdoa kita harus yakin bahwa Allah pasti akan mengabulkan doa kita. Sebagaimana firman Allah dalam surah Gafir(40):60
“Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.”
Dalam firman Allah tersebut seolah-olah Allah ingin menegaskan “Berdoalah kepada-Ku pasti langsung Aku kabulkan”.
Namun dibalik keyakinan itu harus ada pemantasan dari diri kita.
Misalnya kita adalah sebuah gelas dengan isi maksimal 200ml. Lalu kita berdoa dengan khusyuk dan penuh keyakinan bahwa doa kita akan dikabulkan. Kita berdoa meminta kepada Allah untuk memberi kita air 2 liter.

Ketika kita berdoa Allah akan mengabulkan doa kita. Namun dengan sifat Allah yang Maha Bijaksana (Al-hakim), Allah melihat kapasitas gelas kita yang tidak akan muat apabila diberikan 2 liter air. Maka Allah bersabar (As-shobur) menunggu kita memantaskan diri untuk memperbesar wadah kita. Jadi ketika kita berdoa dan kita menyalahkan Allah, “Kenapa doa saya tidak dikabulkan padahal saya sudah khusyuk berdoa, sudah yakin dengan doa itu, bahkan kita berkata kurang sabar apa saya menanti terkabulnya doa itu ?”
Sebenarnya yang bersabar itu Allah, yang menunggu kita untuk pantas menerima apa yang kita inginkan.
Contoh real nya kita bisa mengibaratkan permintaan air itu dengan gaji.
Misalkan kita setiap bulan mempunyai gaji 2 juta, namun kita merasa kurang dan memohon kepada Allah untuk memberi kita gaji 20 juta perbulan.
Kenapa tidak kunjung terkabulkan ?
Mungkin kapasitas kita untuk menerima gaji sebesar itu belum mampu. Kita justru akan lebih jauh dari Allah. Lebih sibuk, waktu untuk keluarga berkurang, rasa bahagia juga berkurang justru lebih banyak khawatir tidak bisa menjaga gaji sebesar itu.
Selama kita tidak bergerak memantaskan diri maka Allah akan selalu bersabar menunggu kita hingga kita pantas menerima pemberian-Nya sesuai kemauan kita.